Wednesday, February 19, 2014

Teknik Perekaman Suara Digital Pada Compact Disk


Analog berarti tidak seperti digital yang identik dengan angka-angka. Begitulah anggapan ”awam” tentang analog dan digital. Coba saja kamu lihat istilah jam analog dan jam digital, perbedaannya adalah yang menggunakan ”jarum” adalah analog, dan yang berupa ”display” angka-angka adalah digital.

 Analog dan digital sebenarnya lebih kepada istilah dalam penyimpanan dan penyebaran data. Data Analog disebarluaskan melalui gelombang elekromagnetik (gelombang radio) secara terus menerus, yang banyak dipengaruhi oleh faktor ”pengganggu”, sementara data digital adalah merubah data menjadi sederhana yaitu ”hanya” terdiri dari ”0” dan ”1”, yang akan lebih mudah untuk di sebarkan secara mudah tanpa terjadi ”gangguan”.

 


Pemahaman yang mudah tentang analog dan digital adalah pada pita kaset lagu dan file MP3 kamu. Jika kamu meng-copy (menyalin) atau merekam pita kaset, tentu hasilnya banyak ditentukan oleh alat perekamnya, kebersihan ”head” rekam nya, dan sebagainya, semakin banyak kamu merekam ke tempat lain, kualitas suaranya akan berubah. Tapi dengan meng-copy file MP3, kamu akan mendapat salinannya sama persis dengan aslinya, berapapun banyaknya kamu menggandakannya. Kini ada juga yang menyalin lagu-lagu dari pita kaset menjadi file, atau disebut juga “men-digital-isasi”. Namun dalam bidang audio ini, sistem analog masih memiliki beberapa ”keunggulan” dibanding sistem digital, yang menyebabkan masih ada beberapa penggemar fanatik yang lebih menyukai rekaman analog. Sistem digital merupakan bentuk sampling dari sytem analog. digital pada dasarnya di code-kan dalam bentuk biner (atau Hexa). besarnya nilai suatu sistem digital dibatasi oleh lebarnya/jumlah bit (bandwidth). Jumlah bit juga sangat mempengaruhi nilai akurasi sistem digital.
Pada sistem analog, terdapat amplifier di sepanjang jalur transmisi, Setiap amplifier menghasilkan penguatan (gain), baik menguatkan sinyal pesan maupun noise tambahan yang menyertai di sepanjang jalur transmisi tersebut. Pada sistem digital, amplifier digantikan regenerative repeater. Fungsi repeater selain menguatkan sinyal, juga “membersihkan” sinyal tersebut dari noise. Pada sinyal “unipolar baseband”, sinyal input hanya mempunyai dua nilai – 0 atau 1. Jadi repeater harus memutuskan, mana dari kedua kemungkinan tersebut yang boleh ditampilkan pada interval waktu tertentu, untuk menjadi nilai sesungguhnya di sisi terima.

Keuntungan ketiga berhubungan dengan range dinamis. Kita dapat mengilustrasikan hubungan ini dalam sebuah contoh. Perekaman disk piringan hitam analog mempunyai masalah terhadap range dinamik yang terbatas. Suara-suara yang sangat keras memerlukan variasi bentuk alur yang ekstrim, dan sulit bagi jarum perekam untuk mengikuti variasi-variasi tersebut. Sementara perekaman secara digital tidak mengalami masalah, karena semua nilai amplitudo-nya, baik yang sangat tinggi maupun yang sangat rendah, ditransmisikan menggunakan urutan sinyal terbatas yang sama.

Menurut Ronger (1990:9), Perancang dan tehnisi eletronika harus mempunyai pengetahuan baik sistem digital maupun analog. Perancang harus memutuskan apakah sistem akan menggunakan tehnik analog atau digital atau kombinasi keduanya. Tehnisi harus membangun protipe atau mencari kerusakan dan perbaikan pada sistem digital analog, dan kombinasi keduanya.

Sistem eletronika analog telah lebih popular dijaman dulu. Informasi dunia nyata yang berhubungan dengan pengukuran waktu, kecepatan, berat, tekanan, intensitas cahaya dan posisi semuanya analog di alam. Sitem digital diperlukan ketika data harus disimpan, digunakan untuk perhitungan atau diperagakan sabagai angka/huruf.

Masih menurut Ronger, Batasan rangkaian digital adalah sebagai berikut:
1. Kebanyakan kejadian “dunia nyata” adalah analog dalam lingkungannya.
2. Pemprosesan analog biasanyan sederhana dan lebih cepat.

Rangkaian digital kelihatannya lebih menonjol dan lebih produktif terutama karena IC digital yang diandalakan harga murah. Alasan lain untuk perkembangan popularitas sistem digital adalah keakuratannya, ditambah stabilitas, kemudahan dipindah, memori, kenikmatan, dan kesederhanaan desaiannya.


1.2. Perekaman Digital


Pada perekaman digital, informasi diubah kebentuk kode biner (1 dan 0), sama dengan titik dan garis dalam kode morse. Pertama-tama, bentuk gelombang disampel 44 100 kali perdetik. Seperti gambar dibawah menunjukkan proses ini



Gambar diatas : Gelombang bunyi diubah ke digital dengan cara pengambilan sampel dari gelombang bunyinya secara eletronik selama selang-selang waktu yang periodic. Dalam selang diantara garis-garis vertical, suatu angka direkam sebagai rata-rata tegangan dalam selang tersebut. Laju pengambilan sampel (sampling rate) yang ditunjukkan disini lebih kecil dari yang sebenarnya, 44100 sampel perdetik.

Frekuensi pengambilan sampel jauh lebih tinggi dibandingkan rentang frekuensi pendengaran yang tertinggi , sekitar 20000 Hz, jadi semua frekuensi bunyi disampel pada frekuensi 44100 Hz. Dalam setiap pengambilan sampel tekanan gelombang diukur dan dikonversikan kedalam tegangan listrik . dengan demikian, terdapat 44100 sampel bunyi setiap detiknya.

Hasil pengukuran ini diubah kedalam bentuk bilangan biner, dimana angka-angka tersebut dinyatakan dalam basis 2, dan bukan basis 10. Tabel dibawah menunjukkan beberapa contoh bilangan biner .
Pada umumnya pengukuran volt dinyatakan dalam “kata-kata” sepanjang 16 bit, dimana setiap bitnya merupakan bilangan 1 atau 0. Jadi, jumlah tingkat tegangan listrik yang berbeda-beda dapat ditulis dalam kombinasi kode, yaitu 2 16 = 65536. Jumlah bit dalam 1 detik dari bunyi adalah 16 x 44100 = 705600.

0 comments:

Post a Comment

 

Copyright © Tata Cara Design by O Pregador | Blogger Theme by Blogger Template de luxo | Powered by Blogger